BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Secara singkat, perkembangan
(development) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan
sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat
berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). Pengertian perkembangan menunjuk pada
suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali (Werner, 1969)
Perkembangan juga berkaitan
dengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang
berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu
dipelajari. Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut:
“perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses
tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukkan tingkah laku apa yang
menjadi actual dan terwujud.
Dalam hal perkembangan ini
banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya faktor hereditas/genetika,
faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, teman sebaya (peer group), dan lain sebagainya yang
kesemuanya akan penulis uraikan pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu
perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi
fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari pada fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan
oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya fungsi
itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar.
Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata
sebagai perubahan atau proses psikologis.[1]
B. Faktor-Faktor
Penentu Perkembangan Manusia dan PAI
1. Faktor Hereditas (Nativisme dan PAI)
a. Natifisme
Ø Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan
manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan
dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu.
Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik
individu dari pihak orang tuanya
b.
Dalam Pendidikan Agama Islam
Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-cabang untuk meniru sumber
mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya
menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. Islam sangat
memperhatikan faktor al-waritsah
(hereditas) ini dalam pembentukan kepribadian seseorang dan mengarahkannya
kehal yang positif.seperti Allah melebihksn keturunan Nabi Ibrahim dan
keturunan imran diatas bumi ini karena hereditas yang baik cenderung meniru
dari generasi ke generasi (QS. Ali Imran [3]: 34).[2]
Hadist tentang hereditas:
Artinya:
seleksilah untuk air mani (istri) kamu sekalian. Karena sesungguhnya keturunan
itu kuat pengaruhnya.
Dalam al-Qur’an dijelaskan,
“ya tuhanku, jangan engkau biarkan
seorang diantara orang-orang kafir itu tinggal diatas bumi. sesungguhnya jika
engkau biarkan mereka tinggal, niscaya menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka
tidak melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
(QS. Nuh [71]:26-27).
Dari berbagai ayat al-Qur’an
dan hadis tersebut memberi indikasi kuat bahwa faktor hereditas akan diwarisi/
ditiru oleh keturunannya. Ilmu yang membahas tentang hereditas telah
menetapkan, bahwa anak akan mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik
moral (al-khalqiyah), kinestetik
(al-jismiyah),maupun
intelektual (al-aqliyah),sejak
masa kelahirannya. Namun harus diakui pula tidak selama faktor hereditas
berjalan secara otomatis.
Hereditas pada individu
berupa warisan “specific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. “ genes”
ini terhimpun di dalam kromosom-kromosom atau “colored bodies”. Kromosom-
kromosom baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk
pasangan-pasangan. Dua anggota masing-masing pasangan memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom
terdapat sejumlah genes dan masing-masing genes memiliki sifat
tertentu, membentuk persenyawaan genes yang demikian menjalin
sifat-sifat genes.[3]
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembawaan ialah potensi-potensi yang dibawa setiap individu
ketika ia lahir merupakan warisan dari orang tuanya.
Unsur-unsur pembawaan yang
berupa potensi-potensi fisik dan mental psikologis itu dalam proses perkembangannya
akan berfungsi sebagai faktor dasar atau faktor bahan yang akan mempengaruhi
proses perkembangan. Dalam setiap proses perkembangan itu diperlukan bahan
dasar sebab tanpa bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik atau perkembangan
mental anak tidak akan terjadi. Tentunya makin baik potensi kondisi pembawaan
sebagai faktor dasar maka dapat diharapkan akan baik pula perkembangan
yang akan terjadi, dan sebaliknya.
Masing-masing individu lahir
ke dunia dengan satu heriditas tertentu. Ini berarti karakteristik individu
diperoleh melalui pewarisan atau pemindahan cairan-cairan “germina
“ dari pihak orang tuanya. Disamping itu individu tumbuh dan berkembang
tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkuntgan pisis, psikologis,
maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks
merupakan hasil interaksi dari dari para heriditas dan lingkungan.
2. Faktor
Lingkungan (Empirisme dan PAI)
Lingkungan adalah
keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu. Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut
adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa.
a.
Empirisme
Aliran ini mempunyai
pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali
ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak
kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah
yang buruk.
Aliran teori ini dalam
lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa
pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia.
Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu
mempunyai peranan.
b.
Dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
Lingkungan sangat berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang
mengasuh dan membesarkan anak, sekolahtempat mendidik, masyarakat tempat anak
bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya,
flora dan fauna.
Besar kecilnya pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembanganya bergantung kepada keadaan
lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.[4]Nilai-nilai
mental dan spiritual memainkan sebuah peran efektif yang berharga dalam
lingkungan sosial melalui pendidikan.
1)
Lingkungan Keluarga
Lingkungan
keluarga dipandang sebagai faktor penentu utama terhadap perkembangan
anak.Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah
:
a. Keluarga merupakan kelompok social pertama yang
menjadi pusat indentifikasi anak.
b. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan
nilai – nilai kehiduupan kepada anak.
c. Orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan
kepribadiaan anak.
d. Keluarga sebagai institusi yang
memfasilitas kebutuhan dasar insane ( manusiawi), baik yang
bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis.
e. Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan
keluarga.
Orang tua mempunyai peranan
sangat penting bagi tumbuh-kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi
yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia. Seiring dengan fase
perkembangan anak, maka peran orang tua juga mengalami perubahan. Menurut
Hamner dan Tuner peranan orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak
adalah:
a. Pada masa bayi berperan sebagai perawat (caregiver)
b. Pada masa kanak – kanak sebagai pelindung (protector)
c. Pada usia prasekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d. Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
e. Pada masa praremaja dan remaja berperan sebagai
konselor (counselor)
Selanjutnya faktor Makan-Makanan
termasuk Asi juga mempengaruhi
perkembangan anak, karna Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan materiil
jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem
saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, makanan, kelenjar-kelenjar
indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani yang bisa di dapat dari makan-makanan
termasuk Asi.
Pola Asuh Orang Tuaterhadap anak juga sangat
mempengaruhi perkembangan anak, oleh karenanya orang tua harus memberikan pola
asuh terbaik terhadap anak sejak dini .
2)
Kelompok Teman Sebaya (peergroup)
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan social bagi anak mempunyai peranan
cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui kelompok teman sebaya, anak
dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi social (berkomunikasi
dan bekerja sama), belajar menyatakan pendapat perasaan orang lain,
belajar tentang norma-norma kelompok dan memperoleh pengakuan dan penerimaan
sosial.
Pengaruh teman sebaya terhadap anak bisa positif atau negatif. Berpengaruh
positif, apabila para anggota kelompok itu memiliki sikap dan perilakunya
positif, atau berakhlak mulia. Sementara yang negative, apabila para anggota
kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang memiliki tatakrama dan berakhlak
buruk.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku remaja, khususnya dalam kelompok
teman sebaya, maka perlu diperhatikan hal sebagai beberapa hal berikut:
a. Orang tua perlu menjalin hubungan yang harmonis antara
mereka sendiri (suami-istri) dan mereka dengan anak. Hal ini perlu,
karena pada umumnya perilaku menyimpang anak disebabkan oleh keluarga yang
tidak harmonis (broken home).
b. Orang tua perlu mencurahkan kasih saying dan perhatian
kepada anak. Dengan kasih sayang ini anak merasa betah dirumah, sehingga dia
dapat mengurangi perhatiannya untuk bermain keluar.
c. Orang tua berdiskusi dengan anak tentang cara memilih
atau bergaul dengan teman.
d. Orang tua harus menjadi suri tauladan dan menanamkan
nilai – nilai akhlak mulia kepada anak, seperti persaudaraan, tolong menolong,
dan semangat dalam belajar.
e. Sekolah sebagai lingkungan keluarga setelah rumah,
perlu diciptakan sebagai lingkungan belajar yang mengfasilitasi perkembangan
siswa, baik aspek fisik, intelektual, emosi, social, maupun moral spiritual.
3)
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan dalam rangka
membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik
yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, social, maupun
fisik-motoriknya.
Hurlock (1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadiananak, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun
berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga dan guru berperan sebagai
subtitusi orang tua.
3.
Faktor
Gabungan (Konvergensi dan PAI)
yaitu teori yang
menjembatani atau menengahi kedua teori/paham sebelumnya bersifat ekstrem yaitu
teori nativisme dan teori empirisme. Sesuai dengan namanya konvergensi yang
artinya perpaduan, maka teori ini tidak memihak bahkan memadukan pengaruh
kedua unsur pembawaan dan lingkungan tersebut dalam proses perkembangan.
Pada teori ini baik unsur pembawaan maupun unsur linkungan keduanya merupakan
sama-sama faktor yang dominan pengaruhnya bagi peerkembangan seseorang.
Misalnya seseorang yang berbakat musik tidak akan berkembang menjadi seorang
ahli musik apabila tidak ditunjang oleh lingkungan atau pendidikan yang
memadai.
Teori yang ketiga inilah
yang sampai sekarang masih teruji dan dipertahankan kebenaran
pendapatnya. Teori menggambarkan bagaimana hubungan yang berimbang antara
faktor warisan orang tua dengan lingkungan dalam mempengaruhi perkembagan
seseorang. Ada suatu keselarasan antara bakat dan pendidikan. Sehebat apapun
bakat seseorang tanpa adanya latihan tidak akan berkembang, begitupun sebaliknya.
Islam telah mengenal aspek
paling signifikan untuk memunculkan reaksi-reaksi individu dalam mendapatkan
berbagai kebiasaan dan moralitas. Aspek ini adalah persahabatan yang merupakan
unsur pendidikan paling kuat yang mentransfer sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungan
individu. Menurut para pakar sosiologi mengatakan, “kehidupan sosial ialah
kehidupan kehidupan pengaruh dan persepsi. Setiap individu mempengaruhi serta
dipengaruhi lingkungan sekitar.[5]
Alqur’an dan alhadits
memperhatikan faktor lingkungan ini dalam pembentukan jatidiri manusia. Menurut
Azim tidak diragukan lagi bahwa faktor hereditas dan lingkungan mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan jatidiri manusia, akan tetapi dengan kehendak
yang kuat dan kemauan yang keras serta iman yang dalam, manusia
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian – uraian di atas, maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan, bahwa Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan
tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Jadi,
perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari pada fungsi-fungsi
Faktor-Faktor penentu perkembangan manusia dan PAI
diantaranya adalah: faktor Hereditas (Nativisme), faktor lingkungan (Empirisme),
dan faktor gabungan keduanya (Konvergensi).
DAFTAR PUSTAKA
Maragustam, Mencetak
Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna. Yogyakarta: Nuha Litera. 2010
-----------, Pemikiran Pendidikan Syekh
Nawawi Al-Bantani. Yogyakarta:Datamedia.2007
Mustaqim, Wahid Abdul, Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
Soemanto, Wasty, Psikologi
Pendidikan. Malang: Bina Aksara. 1984
Nur aini. 2010. Hereditas dan Lingkungan. http:// hereditas-dan-lingkungan.html, diunduh Kamis, 20 November
2014, Pukul: 14:20 WIB
[1]Ahmad
Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK,hal. 72.
[2] Maragustam, Mencetak
Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) hlm.
78
[3]Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan (Malang: Bina Aksara, 1984)hlm. 80-81
[4]Nur
aini. 2010. Hereditas dan Lingkungan. http:// hereditas-dan-lingkungan.html, diunduh Kamis, 20 November
2014, Pukul: 14:20 WIB.
[5]Maragustam, Pemikiran
Pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani (Yogyakarta: Datamedia, 2007) hlm. 65